Selasa, 28 Juni 2016

MASALAH POKOK PEREKONOMIAN INDONESIA



A.    JENIS-JENIS PENGANGGURAN





1)  Pengangguran Friksionil, yakni pengangguran yang terjadi karena seseorang memilih mengganggur sambil menunggu pekerjaan yang lebih baik, yang memberikan fasilitas dan keadaan yang lebih baik.

2)  Pengangguran Struktural, yakni pengangguran yang terjadi karena seseorang diberhentikan oleh perusahaan, karena kondisi perusahaan yang sedang mengalami kemunduran usaha, sehingga terpaksa mengurangi tenaga kerja.

3)  Pengangguran Siklikal, yakni pengangguran yang terjadi karena terjadinya pengurangan tenaga kerja yang secara menyeluruh, dikarenakan kemunduran dan resesi ekonomi. Sehingga ini mirip dengan pengangguran struktural, hanya pada pengangguran jenis ini, kejadiannya adalah lebih meluas dan menyeluruh.

4)  Pengangguran Musiman, yakni pengangguran yang terjadinya dipengaruhi oleh musim. Jenis pengangguran ini sering terjadi pada sektor pertanian. Misalnya ketika masa tanam dan panen, mereka berbondong-bondong bekerja dan setelah masa tersebut mereka kembali tidak memiliki pekerjaan.

5)  Pengangguran Tidak Kentara, yakni pengangguran yang secara fisik dan sepintas tidak kelihatan, namun secara ekonomi dapat dibuktikan bahwa seseorang tersebut sesungguhnya menganggur.

B.     BEBERAPA RASIO-RASIO UNTUK MENGHITUNG TINGKAT PENGANGGURAN




1)  Dependency Ratio, rasio ini menggambarkan seberapa besar beban secara ekonomi yang sebenarnya ditanggung oleh penduduk usia kerja terhadap penduduk di luar usia kerja. Indikator ekonomi ini dipergunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat beban atau ketergantungan penduduk yang tidak produktif terhadap penduduk yang produktif. Semakin tinggi nilai rasio ini semakin besar pula beban yang harus ditanggung oleh penduduk yang produktif (dapat menghambat proses menuju kemakmuran secara menyeluruh). Formulasi dari rasio ini adalah :

DR = Penduduk usia kerja dibagi penduduk diluar usia kerja

2)  Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, adalah rasio yang mengukur seberapa besar dari penduduk yang berada dalam usia kerja yang benar-benar merupakan angatan kerja. Indikator ini dipergunakan untuk mengetahui sejauh mana prosentase penduduk yang telah memiliki usia kerja telah bekerja/produktif. Semakin tinggi hasil perhitungan indikator ini, semakin baik pula keadaannya. Formulasi dari rasio ini adalah :

TPAK = (Angkatan kerja / Penduduk usia kerja) X 100%


C. PEMBAGIAN INFLASI DARI SUDUT PANDANG YANG BERBEDA DARI PARA AHLI EKONOMI




v Jika dilihat dari parah tidaknya, atau besar kecilnya inflasi yang muncul, inflasi dapat dibagi dalam :

          1)       Inflasi ringan jika nilainya berkisar        0% s/d 10%
          2)       Inflasi sedang jika nilainya berkisar     10% s/d 30%
          3)       Inflasi berat jika nilainya berkisar       30% s/d 100%
          4)       Hyperinflasi jika nilainy                      > 100%

v Jika dilihat dari sebab-sebab kemunculannya dibagi dalam :

1)  Inflasi karena naiknya permintaan, yakni inflasi yang terjadi karena adanya gejala naiknya permintaan secara umum, sehingga sesuai dengan hukum permintaan maka hargapun secara umum akan cenderung naik. Proses terjadinya dapat dilihat dari grafik berikut :




2)  Inflasi yang terjadi karena naiknya biaya  produksi, terjadi jika kecenderungan naiknya harga diakibatkan karena naiknya biaya produksi, seperti naiknya upah tenaga kerja, naiknya harga bahan baku dan penolong, dan sejenisnya. Jika ini yang terjadi akibatnya adalah lebih buruk dari inflasi yang disebabkan karena naiknya permintaan masyarakat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut :




3)  Inflasi yang berasal dari dalam negeri, adalah inflasi yang terjadi dikarenakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam negeri, seperti misalnya peredaran uang di dalam negeri yang terlalu banyak.

4)  Inflasi yang berasal dari luar negeri, inflasi yang terjadi di negara lain seringkali merembet ke negara Indonesia. Proses terjadinya diawali dengan masuknya komoditi impor yang telah terkena inflasi (harga naik) di negara asalnya. Sehingga komoditi impor tersebut kita beli dengan harga yang mahal pula. Jika kemudian komoditi tersebut kita olah sebagai bahan baku untuk untuk sebuah produk, maka tentu harga produk tersebut akan menjadi mahal. Dengan demikian semakin banyak kita mengimpor komoditi-komoditi yang terkena inflasi di negara asalnya maka semakin terbuka kemungkinan terjadinya inflasi di Indonesia.

D.    DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF DARI INFLASI




Dampak Positif :

1.  Inflasi yang terkendali menggambarkan adanya aktivitas ekonomi dalam suatu negara.

2.  Inflasi terkendali merangsang masyarakat untuk terus berusaha bekerja keras untuk meningkatkan kesejahteraannya, agar tetap dapat mengikuti penurunan nilai riil pendapatannya.

Dampak Negatif :

1.  Inflasi akan menjadikan turunnya pendapatan riil masyarakat yang memiliki penghasilan tetap. Karena dengan penghasilan yang tetap mereka tidak dapat menyesuaikan pendapatannya (menaikkan pendapatannya) dengan kenaikan harga yang disebabkan karena inflasi.

2.  Inflasi menyebabkan turunnya nilai riil kekayaan masyarakat yang berbentuk kas, karena nilai tukar kas (uang misalnya) tersebut akan menjadi lebih kecil, karena secara nominal (sesuai angka yang tertera di mata uang) harus menghadapi harga komoditi persatuan yang lebih besar.

3.  Inflasi akan menyebabkan nilai tabungan masyarakat menjadi turun, sehingga orang akan cenderung memilih menginvestasikan uangnya dalam aktiva yang lebih baik, dari pada menabungkannya ke bank.

4.  Inflasi akan menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia terhambat, sebagai contoh, dari sektor perdagangan luar negeri, maka komoditi ekspor Indonesia menjadi tidak dapat lagi bersaing dengan komoditi sejenis di pasar dunia.


Sumber :

Buku Perekonomian Indonesia Diktat Gunadarma Hal, 92, 93, 96, 98

Tidak ada komentar:

Posting Komentar