Senin, 11 Januari 2016

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

Topik : Peran Strategik Intellectual Capital Terhadap Nilai Tambah Perusahaan. Sebagai Contohnya PT. CIMB Niaga Tbk.
Disusun Oleh :
Nama : Gina Asmarani
NPM : 27215462
Kelas : 1 EB 16
Mata Kuliah : Pengantar Bisnis
Dosen : Rowland Bismark Fernando Pasaribu


PERAN STRATEGIK INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP NILAI TAMBAH PERUSAHAAN. SEBAGAI CONTOHNYA PT. CIMB NIAGA TBK.


Dewasa ini, perkembangan ekonomi telah tumbuh semakin pesat ditandai dengan berkembangnya teknologi informasi yang semakin cepat, persaingan bisnis yang makin ketat, serta penciptaan inovasi bisnis yang semakin modern. Pada perekonomian era industri, kuantitas dan kualitas aset fisik merupakan suatu komponen utama dalam menentukan keberhasilan perusahaan, karena dengan kuantitas yang besar, perusahaan akan mampu menjual produk lebih banyak. Namun seiring dengan meningkatnya tuntutan jaman yang kini lebih dikendalikan oleh teknologi dan pengetahuan, menyebabkan keberhasilan perusahaan tidak lagi dinilai dari seberapa banyak perusahaan mampu menjual produknya, namun lebih ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam memproduksi dan menyediakan produk/ jasa yang dapat dijual (Mulyadi, 2001: 231). Ini sesuai dengan resource based theory (Wernerfelt, 1984: 174) yang menyatakan bahwa keberadaan sumber daya perusahaan merupakan pemicu di balik keunggulan bersaing dan kinerja. Hal ini secara tidak langsung juga memaksa perusahaan untuk mengubah strategi bisnisnya, dari bisnis yang berdasarkan tenaga kerja (labor based business) menjadi berdasarkan pengetahuan (knowledge based business). Perusahaan yang menerapkan strategi knowledge based business ini harus dapat menciptakan nilai tambah dengan mengelola the hidden value (nilai-nilai tidak tampak) yang ada pada aset tidak berwujud. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran aset tidak berwujud adalah melalui Intellectual Capital (Guthrie, 2000), dengan tujuan utama memperoleh keunggulan bersaing.  Intellectual capital dapat menjadi factor penting yang mampu menolong perusahaan dalam menambah melalui memperoleh keunggulan bersaing dengan memberikan nilai tambah melalui penciptaan inovasi baru.

Kompetensi karyawan, hubungan dengan pelanggan, penciptaan inovasi,sistem komputer dan administrasi, hingga kemampuan atas penguasaan teknologi juga merupakan bagian dari modal intelektual (intellectual capital). Hal ini menjadikan sumber daya tidak berwujud (intangible resources) sebagai aktiva yang sangat berharga bagi suatu perusahaan. Kendala yang dihadapi dalam pengidentifikasian, pengukuran serta pengungkapannya menyebabkan mereka tidak dapat dimasukkan dalam laporan keuangan. Adanya keterbatasan laporan keuangan yang disebabkan kurangnya informasi yang diungkapkan perusahaan ini seringkali menyebabkan laporan keuangan dinilai kurang relevan dan tidak memadai. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh antara intellectual capital terhadap kinerja keuangan perusahaan, dengan menggunakan ROA sebagai indikatornya. Sampel perusahaan yang digunakan adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010. Penelitian ini akan menjelaskan peran IC indikator yang diukur dengan VAIC, yang terdiri dari VACA, VAHU, dan STVA untuk kinerja perusahaan yang diukur dengan nilai pasar, profitabilitas dan produktivitas, yang ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2007-2010, dengan purposive sampling untuk mendapatkan sampel dari 20 perusahaan dengan 80 data pengamatan. Hasil pengujian hipotesis statistik menggunakan uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa IC berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.

Pada 5 Oktober 2006, Bank   Indonesia   mengeluarkan   peraturan mengenai kepemilikan   tunggal   (single   presence   policy)   pada  perbankan  Indonesia   melalui Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/16/PBI/2006. Khazanah Nasional sebagai pemilik saham mayoritas PT. Bank Lippo, Tbk dan juga saham pengendali PT. Bank CIMB Niaga, Tbk (melalui CIMB Group). Maka, merger antara PT. Bank CIMB Niaga, Tbk dan PT. Bank Lippo, Tbk dilakukan untuk memenuhi aturan tersebut. Merger berasal dari kata mergere (Latin) yang artinya bergabung bersama, menyatu, berkombinasi  atau  menyebabkan hilangnya identitas karena terserap atau tertelan sesuatu (Abdul Muin, 2004). Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar (Abdul Muin, 2004). Keberhasilan merger  diantaranya  diukur  dari tercapainya peningkatan  nilai perusahaan  pasca-merger. Pengukuran tersebut  dilakukan  melalui  analisis  kinerja keuangan. Terdapat berbagai macam cara  dalam analisis kinerja keuangan suatu perusahaan, diantaranya adalah Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROE adalah rasio antara laba bersih perusahaan dibandingkan dengan ekuitas yang dimiliki. Semakin tinggi ROE, semakin besar laba yang dihasilkan perusahaan. Pada perkembangannya muncul berbagai ide dan upaya mencari metoda lain yang melihat sudut pandang yang berbeda dalam pengukuran kinerja perusahaan baik kualitatif maupun kuantitatif. Pada tahun 1980-an, Stern Stewart & Co,  perusahaan konsultan  yang didirikan  pada   tahun  1982,  mengusulkan satu   jenis  metoda  dari konsep baru ini, yaitu  Economic  Value Added  (EVA). Nilai tambah ekonomi (economic value added–EVA) adalah laba bersih (laba operasi dikurangi pajak) dikurangi total biaya modal tahunan (Ross et. al., 2009). Economic Value Added merupakan sebuah ukuran laba ekonomis yang dapat ditentukan dari selisih antara Laba Bersih Operasional Setelah Pajak (Net Operating Profit After Tax) dengan biaya Modal. Biaya modal ini ditentukan melalui biaya rata- rata tertimbang dari Hutang dan Ekuitas (Weighted Average Cost of Debt and Equity Capital – “WACC") dan jumlah dari modal yang digunakan (Stern Stewart & Co,2011).

Intellectual capital juga mempunyai peran penting dalam kegiatan bisnis perusahaan. Hal tersebut dikarenakan intellectual capital memiliki beberapa kelebihan (Sangkala; 2006:16), yaitu:
 (1) memberikan pandangan menyeluruh mengenai perusahaan, karena tujuan utamanya adalah menciptakan suatu kerangka kerja yang dapat menjelaskan seluruh sumber daya perusahaan dan bagaimana sumber daya tersebut berinteraksi untuk menciptakan nilai.
(2)memberi dasar pengembangan pemahaman akan sifat dasar sumber daya dalam tindakan. Intellectual capital merupakan sumber daya yang memiliki perbedaan karakteristik bila dibandingkan dengan sumber daya fisik, yang menyebabkan adanya perbedaan dalam proses penciptaan nilai.
(3)menyediakan suatu bahasa yang sama mengenai intangible asser, memfasilitasi pemahaman mengenai sumbangannnya terhadap penciptaan nilai di dalam dan antar perusahaan serta pada stakeholder.
(4) berfokus pada nilai, bukan pada biaya. Perspektif intellectual capital memiliki potensi untuk menciptakan nilai bagi perusahaan atau melakukan transformasi sebagai suatu tujuan, tanpa memperdulikan asal atau sumber daya tersebut, sehingga perspektif ini melengkapi kerangka kerja akuntansi.
 (5)lebih bersifat praktek daripada konseptual.Intellectual capital memberikan dukungan berupa konsep, alat-alat dan kerangka kerja yang telah dikembangkan dalam suatu proses iterative antara masyarakat praktisi dan akademisi, serta menggambarkan cengan jalas suatu pendekatan peneliti yang berorientasi pada praktek.

Sawarjuwono menyatakan bahwa metode pengukuran IC dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu: pengukuran nonmonetary dan pengukuran monetary. Ukuran intellectual capital yang berbasis non-moneter. Menurut Tan et. al. adalah: a. The Balance Scorecard, dikembangkan oleh Kaplan dan Norton (1992). b. Brooking’s Technology Broker method (1996). c. The Skandia IC Report method oleh Edvinssion dan Malone (1997). d.The IC-index dikembangkan oleh Roos et. al. (1997). e. Intangible Assets Monitor approach oleh Sveiby (1997). Sedangkan model penilaian intellectual capital yang berbasis moneter adalah (Tan et.al,.2007) adalah a. The EVA dan MVA model (Bontis et. al, 1999), b.The Market-to-book Value model (beberapa penulis), c. Tobin’s Q method (Luthy, 1998), d. Pulic’s VAIC Model (Pulic, 1998,2000), e. Calculated intangible value (Dzinkowski, 2000). Sedangkan menurut Andriessen (2004), metode pengukuran serta penilaian intellectual capital dapat diklasifikasikan dalam 4 tipe, yaitu: Financial valuation method. Metode yang masuk dalam kategori ini menggunakan nilai keuangan secara eksplisit untuk mengukur intellectual capital.Terdapat tiga pendekatan dalam kategori ini, yaitu: Cost approach (pendekatan biaya), Market approach (pendekatan pasar), Income approach (pendekatan pendapatan). Beberapa metode laindiantaranya adalah Value Added Intellectual Capital (VAIC) dan the knowledge scorecard.1. Value measurement method. Sveiby (1997) dalam Andriessen (2004) mangatakan bahwa value measurement method lebih dituhkan daripada financial valuation method,. terdapat beberapa metode yang masuk dalam kategori ini, diantaranya adalah Balance Scorecard, Intellectual Capital Audit dan Holistic Value Approach and Inclusive Value Methodolog,.2. Value assessment method. Menurut Andriessen (2004) hanya terdapat satu metode yang masuk dalam kategori ini, yaitu Viedma’s Intellectual Capital Benchmarking System (ICBS), 3.Measurement method.Menurut Andrieseen (2004) terdapat beberapa metode yang termasuk dalam kategori ini, diantaranya adalah Skandinavia Navigator, Intangible Asset Monitor, dan Intellectual Capital Statemengt.

            Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan perbankan dipilih sebagai populasi karena lebih intensif pengetahuan dan teknologi komunikasi. Sehingga dalam menjalankan aktivitasnya lebih banyak menggunakan IC dibandingkan dengan aset fisik pada perusahaan manufaktur (Firer & Williams, 2003). Pemilihan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria sampel yang dipilih, yaitu: (1) Perusahaan perbankan yang telah go public di Bursa Efek Indonesia dan mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit per 31 Desember secara konsisten dari tahun 2009 sampai tahun 2011. (2) Perusahaan harus mempunyai laporan keuangan tahunan yang berakhir pada tanggal 31 Desember. Perusahaan yang laporan keuangannya tidak berakhir tanggal 31 Desember dikeluarkan dari sampel. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya pengaruh waktu parsial dalam pengukuran variabel.

            Contoh perbankan yang saya gunakan adalah PT. Bank CIMB Niaga Tbk. PT. Bank CIMB Niaga Tbk mempunyai tingkat rasio leverage yang rendah. Untuk PT. Bank CIMB Niaga tingkat rasio leveragenya sebesar 76,92% . PT. Bank CIMB Niaga Tbk juga mempunyai profitabilitas perusahaan yang tinggi. Untuk PT. Bank CIMB Niaga  profitabilitasnya (ROA=2,85). PT. Bank CIMB Niaga Tbk perusahaan mempunyai tingkat likuiditas (LDR) tinggi, yaitu 94,41%, memiliki tingkat pengungkapan intellectual capital sebesar 76,92%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi akan lebih banyak mengungkapkan informasi intellectual capital dalam laporan tahunannya untuk menunjukkan kredibiltasnya, yang menunjukkan kemampuan finansial perusahaan. PT. Bank CIMB Niaga Tbk juga memiliki usia 22,08 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang usia listingnya lebih muda akan lebih mengungkapkan informasi intellectual capital dalam laporan tahunannya. Perusahaan dengan usia listing yang lebih muda memiliki pengalaman yang lebih rendah, sehingga perusahaan tersebut akan lebih mematuhi regulasi yang ada dalam upaya menarik minat investor untuk lebih menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Sedangkan perusahaan dengan usia listing yang lebih tua juga tetap menjaga kualitas pengungkapan intellectual capital mereka sebagai upaya mempertahankan reputasi perusahaan mereka di mata investor.

            Variabel Kesimpulan Penelitian Penilaian Kinerja PT. Bank CIMB Niaga Tbk dengan menggunakan   Konsep Economic Value Added (2006). Keuangan (EVA) secara keseluruhan penilaian kinerja perusahaan PT. Bank CIMB Niaga Tbk melalui metoda EVA dapat dikatakan semakin baik  tiap  tahunnya. Karena  terjadi peningkatan nilai  EVA terus menerus pada tahun 2001-2005 (periode penelitian). Kinerja   Keuangan  Bank sebelum dan setelah Merger Pada Bank CIMB Niaga (2010). Keuangan (CAR, NPL, NPM, ROA, LDR).Capital Adequacy Ratio  (CAR) setelah merger tidak lebih besar   dari   pada   sebelum   merger,  Non   Performing   Loan (NPL) setelah merger lebih kecil dari pada setelah merger, Net Profit Margin  (NPM) setelah merger tidak lebih besar dari pada sebelum merger, Return On Assets (ROA) setelah merger  tidak  lebih  besar dari  pada  sebelum merger,  dan Loan to Deposit  Ratio  (LDR)  setelah merger  tidak lebih besar   dari   pada   sebelum   merger.   Sebagian   besar   rasio tersebut   mengalami  penurunan,  sehingga   dapat   dikatakan kinerja   Bank   CIMB   Niaga   setelah   merger   mengalami penurunan tetapi perubahan itu tidak terlalu signifikan, dan ada kemungkinan bahwa penurunan tersebut adalah dampak penyesuain pada awal merger.


DAFTAR PUSTAKA

multiparadigma.lecture.ub.ac.id/files/2014/09/039.
ris.uksw.edu/download/jurnal/kode/J01012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar